Mengubah Negatifisme menjadi Positivisme oleh Jokowi
 
Setelah menonton wawancara Jokowi di Metro TV, ada sebuah gagasan unik yang disampaikan oleh beliau. Jika nantinya terpilih sebagai presiden, beliau akan melakukan revolusi. Namun, revolusi ini agak unik, bukan seperti revolusi pergolakan yang dialami banyak Negara Arab sedekade belakangan ini. Beliau ingin melakukan revolusi mental yang sudah tentu dalam artian dalam kondisi masyarakat tidak perlu bertarung dengan saudaranya sendiri seperti di Mesir.
Sebuah gagasan untuk mengubah cara pandang bangsa Indoneisa terhadap semua hal. Mengubah cara pandang yang didasari sifat pesimistis menjadi cara pandang optimistis. Setidaknya itulah yang saya tangkap dari cara penyampaian beliau.
Jika dipikir lagi, memang benar adanya bangsa ini terlalu lama melihat dirinya sendiri dengan cara yang salah. Melihat diri sendiri lebih rendah dari bangsa lain. Melihat segala sesuatu yang berasal dari luar negeri lebih baik dari dalam negeri. Contoh sederhana saja, bagaimana banyak orang yang memandang sepatu luar negeri lebih bagus, tapi anehnya desainer sepatu Prancis yang notabene kiblat fashion dunia mengimpor sepatu Cibaduyut. Lebih parah lagi jika kita mengingat cerita Jro Djelantik yang mereknya dirampok oleh orang Prancis, dengan menyebutkan merek tersebut adalah milik mereka.
Dalam hal pencetusan gagasan ini, saya pribadi sangat setuju. Jika ditelisik lagi, memang benar kita sebagai bangsa Indonesia memiliki modal dasar yang luar biasa banyaknya. Jika dilihat dari sudut pandang Sumber Daya Alam. Dari Sabang sampai Merauke, kita bisa memberi makan anak cucu kita selamanya, walaupun jika kita kena embargo.  Dari segi Sumber Daya Manusia, kita bisa sangat bersaing dengan bangsa lainnya. Contoh nyata adalah bagaimana anak2 kita bisa mendapatkan medali emas dalam olimpiade dunia. Anak2 kita bersaing bukan dengan perwakilan bangsa kacangan. Sebut saja, Israel, Jerman, Jepang, Amerika yang diyakini sebagai bangsa2 dengan kemampuan otak di atas rata2 dunia. Namun, anak2 kita bisa bersaing dan bahkan menang. Sangat jelas kita bukan bangsa bodoh, (tapi mungkin bangsa yang suka membodohi saudara sendiri).
Sayangnya Jokowi masih belum mau menjelaskan lebih detail bagaimana caranya untuk mengubah cara pandang sebuah bangsa. Mengubah cara pandang sama artinya mengubah bangsa itu sendiri. Secara ideologi ini sangat baik, namun jika dilihat dalam tataran praktis, itu bisa menjadi hal yang mustahil dilakukan. Sangat menarik untuk melihat bagaimana kelanjutan dari gagasan tersebut.
Setelah dipikir2, slogan Gita Wiryawan “You are what you think you are” senada dengan pemikiran Jokowi ini.
Sudah saatnya kita bangga dan percaya untuk bisa … (isi titik2 ini dengan hal positif yang kita kira tidak bisa kita raih) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

tri hita karana dalam pendidikan di bali

Bad Cops, Good Cops #EnglishGames01

Susahnya Jadi Dosen